Negeri kita tercinta Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari banyak kepulauan dengan berbagai macam suku, bahasa dan budaya yang harus kita jaga dan lestarikan. Khasanah budaya yang luar biasa banyak dan bervariasi ini yang dipenuhi dengan keunikan dan keindahannya merupakan identitas bangsa dan salah satu budaya yang khas dan melegenda yang berasal dari salah satu pulau eksotis yang terletak di daerah Jawa Timur, tepatnya yaitu Pulau Madura yang terkenal dengan pulau garam dengan budaya uniknya yaitu "KARAPAN SAPI." Budaya Karapan Sapi adalah budaya asli Madura yang berupa perlombaan dari sepasang sapi yang menarik sebuah kereta yang terbuat dari kayu dengan dua roda dan seorang joki yang berdiri dengan memegang kendali dengan membawa pemukul pantat sapi dan beradu dengan kereta sapi yang lainnya. Jarak pacuan dalam arena karapan sapi biasanya sekitar 100 meter dan waktu yang ditempuh biasanya hanya berkisar 10 detik sampai 60 detik atau 1 menit. Karapan sapi ini biasanya memperebutkan Piala Bergilir Presiden dan diadakan sekitar bulan Agustus-September dan final diselenggarakan pada bulan Oktober pada setiap tahunnya. Tetapi pada tahun 2013 ini karapan sapi menggebrak di awal tahun dan pertama kalinya diselenggarakan oleh pihak swasta yaitu PERKASA (Persatuan Karapan Sapi) pada tanggal 30-31 Maret 2013. Sebelum saya mereview tuntas perlombaan Karapan Sapi 2013 Tanpa Kekerasan ini, alangkah baiknya jika kita sedikit menengok ke belakang mengenai sejarah Karapan Sapi ini.
SEJARAH KARAPAN SAPI
Hadirnya budaya karapan sapi di Madura dilatarbelakangi oleh lahan pertanian yang tandus dan gersang serta kurang subur, sehingga sebagian besar penduduk Madura mengalihkan mata pencariannya ke nelayan untuk yang berada di daerah pesisir dan beternak sapi yang sekaligus bisa digunakan untuk membajak ladang atau sawah.
Pada suatu ketika ada seorang ulama Sumenep yang bernama Syeh Ahmad Baidawi (Pangeran Katandur) yang memperkenalkan cara bercocok tanam dengan memakai sepasang bambu yang dikenal oleh penduduk Madura dengan sebutan "Nanggala" atau "Salaga" yang ditarik oleh dua ekor sapi. Cara ini mendapat sambutan yang luar biasa oleh penduduk dan berupaya untuk mengikuti jejak ulama, kemudian para penduduk memperkuat sapi-sapi mereka supaya tangguh dan kuat jika digunakan untuk membajak sawah atau ladang mereka. Kemudian lambat laut hadirlah tradisi untuk memperlihatkan kekuatan sapi-sapi mereka dalam suatau perlombaan yang kita kenal dengan nama Karapan Sapi. Budaya Karapan Sapi ini biasanya dilakukan rutin setiap habis musim panen, dimana dalam acara karapan sapi ini didahului oleh arakan peserta dengan sapi mereka mengelilingin arena pacuan yang diiringi dengan musik "Saronen," setelah itu diadakanlah perlombaan Karapan Sapi yang sangat termasyur itu.
Pada karapan sapi, selain diperlombakan juga menjadi suatu ajang pesta rakyat dan tradisi yang prestisius dan mewah, dimana dengan karapan sapi bisa mengangkat status sosial seseorang di mata masyarakat, bagaimana tidak untuk mengikuti lomba karapan sapi ini seseorang harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk merawat dan melatih sapi-sapi untuk lomba karapan, yang mana untuk membentuk tubuh sepasang sapi yang sehat dan kuat dalam berlari dibutuhkan biaya kurang lebih Rp. 4 jt per pasang sapi dengan perincian untuk makanan seperti pemberian aneka jamu dan puluhan telur ayam setiap hari dan intensitasnya akan meningkat ketika sapi akan dilombakan.
Praktek perdukunan juga mewarnai lomba karapan sapi ini, dimana masing-masing peserta pasti mempunyai dukun untuk memenangkan perlombaan. Adat karapan sapi begitu kental dan kuat terasa di Pulau Garam ini, dan ada beberapa sebab mengapa karapan sapi sampai sekarang masih bisa kita nikmati :
SISTEM PELAKSANAAN KARAPAN SAPI
Sistem pelaksanaan Karapan Sapi terbagi menjadi 4 babak, dimana masing-masing babaknya mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri dan keempat babak itu adalah :Praktek perdukunan juga mewarnai lomba karapan sapi ini, dimana masing-masing peserta pasti mempunyai dukun untuk memenangkan perlombaan. Adat karapan sapi begitu kental dan kuat terasa di Pulau Garam ini, dan ada beberapa sebab mengapa karapan sapi sampai sekarang masih bisa kita nikmati :
- Meningkatkan Perekonomian Masyarakat : dimana dengan adanya karapan sapi mulai dari pemilik sapi atau peternak sapi, yang memelihara sapi atau buruh, juragan karapan sapi, penjaja makanan atau pedagang aksesories pada saat lomba karapan sapi dan mungkin juga bagi para penjudi semua mendapatkan penghasilan dari lomba karapan sapi ini.
- Hobby atau Kesenangan : banyak masyarakat Madura yang sangat menyukai karapan sapi sampai kecanduan karapan sapi, sehingga banyak yang memelihara dan merawat sapi karapan
- Mempererat Tali Persaudaraan : dalam lomba karapan sapi ini tidak bisa ditangani oleh hanya seseorang saja tetapi melibatkan banyak pihak, mulai dari memelihara sapi, merawat sapi, dan pada saat lomba membutuhkan kelompok kecil seperti pelepas sapi, pendamping pelepas, joki, penangkap sapi saat finish, komplementer atau pelengkap jika beberapa yang lain sedang berhalangan...jadi satu sama lain harus saling bekerjasama untuk menyukseskan karapan sapi.
- Budaya yang Kuat : kekuatan budaya karapan sapi sangat mempengaruhi intensitas perilaku, dimana budaya karapan sapi ini mengakar kuat pada masing-masing personalitas, semakin luas penganutnya dan semakin konsisten dalam sosialisasi dan pewarisan budaya antar generasi. Budaya karapan yang sangat kuat dan kental sangat mempengaruhi perilaku dan lingkungan, sehingga terkadang beberapa larangan atas karapan sapi dengan kekerasan sedikit tidak diindahkan karena perilaku yang sudah membudaya, tetapi hal ini sedikit demi sedikit mulai dibudayakan anti kekerasan pada karapan sapi.
- Aman dan mendapatkan Perlindungan : karapan sapi juga legal dan mendapatkan perlindungan keamanan dari pihak keamanan seperti Polisi, sehingga jika terjadi kekisruhan segera bisa teratasi dengan cepat.
SISTEM PELAKSANAAN KARAPAN SAPI
- Babak I : keseluruhan peserta diadu kecepatannya dengan masing-masing 2 pasang untuk memisahkan kelompok pemenang dan kelompok yang kalah, tetapi semuanya masih bisa bertanding lagi sesuai dengan kelompoknya.
- Babak II : dimana pada babak ke-2 ini dilakukan pemilihan kembali untuk pasangan sapi pada kelompok pemenang yang akan dipertandingkan kembali, demikian pula pada kelompok yang kalah juga akan dilakukan hal serupa dan pada babak ini semua pasangan dari kelompok yang menang dan yang kalah tidak boleh bertanding kembali alias gugur kecuali beberapa pasang sapi yang menempati kemenangan di urutan teratas pada masing-masing kelompoknya.
- Babak III : pada babak ini yang lazim kita sebut babak semifinal dimana masing-masing pasangan sapi yang menang dari kelompok yang menang dan yang kalah yang biasanya terdiri dari 3 pasang sapi dari kelompok yang menang dan 3 pasang sapi dari kelompok yang kalah.
- Babak IV : pada babak ini yang kita sebut babak final, pemenang dari babak ke-3 diadu lagi untuk mendapatkan juara I, II dan III.
KEKERASAN DALAM KARAPAN SAPI
Yang dimaksud dengan kekerasan dalam karapan sapi adalah melakukan segala daya upaya kepada sapi sebelum perlombaan dengan cara kekerasan seperti menyiksa sapi dengan benda tajam yang biasanya dipukulkan di bagian pantat sapi sampai berdarah kemudian memberikan sesuatu barang atau cairan kepada bagian yang luka supaya membuat perih sapi seperti contohnya air lombok atau garam, kemudian si joki menggunakan pecut yang dikasih benda tajam dan dipecutkan pada bagian yang luka supaya sapi bisa berlari sangat kencang karena kesakitan yang dideranya. Bisa sobat bayangkan bagaimana sakitnya si sapi yang mengalami penyiksaan sedemikian rupa sebelum dan pada waktu perlombaan. "Arogansi peserta dalam upaya untuk meraih kemenangan dengan mengorbankan dan menyiksa sapi merupakan hal terkeji yang patut kita buang dari khasanah budaya yang sakral dan bersahaja ini ? Bukankah dalam agama kita tidak diperbolehkan untuk menyiksa makhluk hidup terutama hewan dengan dalih apapun, apalagi hanya untuk sebuah kemenangan yang semu ?"
Budaya kekerasan dalam karapan sapi sampai sekarang masih saja terjadi, meskipun pemerintah, para ulama, MUI telah mengecam tindak kekerasan yang terjadi pada karapan sapi. Budaya kekerasan yang dilakukan secara turun temurun dalam karapan sapi memang sulit dihapus dalam waktu yang singkat, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk merubah mindset pemilik dan pawang untuk tidak melakukan budaya kekerasan dalam karapan sapi. Semua pihak yang terlibat dalam karapan sapi ini harus duduk bersama membicarakan hal tersebut agar budaya tinggi seperti Karapan Sapi ini tidak dikotori oleh hal-hal yang berbau kekerasan yang bisa menurunkan citra budaya dan lambat laun akan ditinggalkan budaya karapan sapi, tentunya yang rugi bukan siapa-siapa melainkan bangsa Indonesia yang akan kehilangan salah satu budaya tingginya seperti Karapan Sapi ini. Hal-hal konkret yang harus dilakukan segera untuk mereduksi tindak kekerasan dalam Karapan Sapi adalah :
Yang dimaksud dengan kekerasan dalam karapan sapi adalah melakukan segala daya upaya kepada sapi sebelum perlombaan dengan cara kekerasan seperti menyiksa sapi dengan benda tajam yang biasanya dipukulkan di bagian pantat sapi sampai berdarah kemudian memberikan sesuatu barang atau cairan kepada bagian yang luka supaya membuat perih sapi seperti contohnya air lombok atau garam, kemudian si joki menggunakan pecut yang dikasih benda tajam dan dipecutkan pada bagian yang luka supaya sapi bisa berlari sangat kencang karena kesakitan yang dideranya. Bisa sobat bayangkan bagaimana sakitnya si sapi yang mengalami penyiksaan sedemikian rupa sebelum dan pada waktu perlombaan. "Arogansi peserta dalam upaya untuk meraih kemenangan dengan mengorbankan dan menyiksa sapi merupakan hal terkeji yang patut kita buang dari khasanah budaya yang sakral dan bersahaja ini ? Bukankah dalam agama kita tidak diperbolehkan untuk menyiksa makhluk hidup terutama hewan dengan dalih apapun, apalagi hanya untuk sebuah kemenangan yang semu ?"
Budaya kekerasan dalam karapan sapi sampai sekarang masih saja terjadi, meskipun pemerintah, para ulama, MUI telah mengecam tindak kekerasan yang terjadi pada karapan sapi. Budaya kekerasan yang dilakukan secara turun temurun dalam karapan sapi memang sulit dihapus dalam waktu yang singkat, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk merubah mindset pemilik dan pawang untuk tidak melakukan budaya kekerasan dalam karapan sapi. Semua pihak yang terlibat dalam karapan sapi ini harus duduk bersama membicarakan hal tersebut agar budaya tinggi seperti Karapan Sapi ini tidak dikotori oleh hal-hal yang berbau kekerasan yang bisa menurunkan citra budaya dan lambat laun akan ditinggalkan budaya karapan sapi, tentunya yang rugi bukan siapa-siapa melainkan bangsa Indonesia yang akan kehilangan salah satu budaya tingginya seperti Karapan Sapi ini. Hal-hal konkret yang harus dilakukan segera untuk mereduksi tindak kekerasan dalam Karapan Sapi adalah :
- Pemerintah harus segera mengeluarkan peraturan perundangan seperti UU khusus untuk mengatur karapan sapi yang anti kekerasan dan harus dipertegas dalam UU bahwa jika pelaku budaya karapan sapi masih melakukan budaya kekerasan, harus ditindak dengan tegas atau bisa dipidanakan
- Organisasi Massa yang berbasis Islam seperti MUI dan juga para ulama yang sangat dihormati oleh penduduk Madura harus berupaya terus mensosialisasikan budaya anti kekerasan secara konsisten dan komprehensif kepada pemilik dan pawang dalam karapan sapi dan berupaya untuk merangkul semua kalangan untuk duduk bersama dalam upaya perbaikan penyelenggaraan dalam karapan sapi yang anti kekerasan
- Penyelenggara Karapan Sapi harus bisa memberikan tindakan yang tegas kepada pawang atau pemilik sapi yang masih menggunakan kekerasan kepada sapinya untuk langsung digugurkan dalam perlombaan atau pada saat pendaftaran sebagai peserta.
Pada perlombaan karapan sapi 2013 yang berlangsung di Bangkalan tepatnya di Lapangan Karapan Sapi H. Moh Noer (Skep). Jl. Pertahanan, Bangkalan pada tanggal 30-31 Maret 2013, yang diadakan pertama kalinya oleh pihak swasta yaitu PERKASA (Persatuan Karapan Sapi) yang bekerjasama dengan Komunitas Blogger Madura (Plat-M), PEMKAB Bangkalan, BANK JATIM Cab. Bangkalan, Idblognetwork dan Idbuzznetwork, yang merupakan lomba karapan sapi tanpa kekerasan yang sukses untuk pertama kalinya yang diselenggarakan oleh swasta dimana pada tahun-tahun sebelumnya lomba karapan sapi ini selalu diselenggarakan oleh Pemerintah dengan Piala Bergilir Presiden maupun oleh sponsor. Mengusung tema anti kekerasan pada karapan sapi dan pelestarian nilai budaya di Bangkalan, lomba karapan sapi membawa makna mendalam dan visi yang melawan budaya lama yang turun temurun dengan kekerasan menjadi Karapan Sapi 2013 Tanpa Kekerasan.
Seperti pada lomba karapan sapi sebelumnya, persiapan sebelum hari "H" lomba sudah beberapa hari terlihat, seperti pemasangan banner lomba di tengah malam seperti gambar di bawah ini :
dan juga ada yang begadang untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai untuk perlombaan karapan sapi besoknya.
Seperti pada lomba karapan sapi sebelumnya, persiapan sebelum hari "H" lomba sudah beberapa hari terlihat, seperti pemasangan banner lomba di tengah malam seperti gambar di bawah ini :
dan juga ada yang begadang untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai untuk perlombaan karapan sapi besoknya.
Keesokan harinya, di pagi yang cerah tepatnya pada tanggal 30 Maret 2013, di Lapangan Karapan Sapi H. Moh Noer (Skep). Jl. Pertahanan, Bangkalan, sudah tampak keramaian di tempat arena karapan sapi. Di depan lapangan Skep Bangkalan sudah terpampang banner sambutan selamat datang kepada para peserta dan penonton.
Setelah memasuki arena karapan sapi, terlihat sebuah lapangan rumput dengan beberapa tribun penonton dan desain lapangan yang telah disetting sedemikian rupa untuk arena balapan, dan nampak beberapa genangan air di beberapa pinggir lapangan akibat hujan yang beberapa hari mengguuyur Bangkalan menambah suasana balapan terlihat lebih menantang.
Di kedua sisi lapangan juga telah dikasih pagar pengaman agar sapi tidak berbelok arah saat perlombaan dan juga untuk membatasi pengunjung agar tidak terlalu dekat dengan arena perlombaan. Di garis start dan finish yang berjarak sekitar 100 meter, didirikan bangunan semi permanen yang berfungsi untuk mempersiapkan sapi saat start dan menahan sapi saat sampai garis finish. Di pinggir lapangan dekat tribun sudah berjejer penjual makanan dan pedagang aksesories yang memanjakan pengunjung untuk bisa menikmati jajanan dan barang dagangan. Tampak pula Pak Polisi yang sedang berjaga dan memberikan perlindungan keamanan jika terjadi kekisruhan saat perlombaan.
Menjelang perlombaan akan dimulai, terdengar hentak suara musik khas yaitu "Saronen" sebagai pengiring perlombaan terlihat berjalan menyusuri arena perlombaan.Pagi mulai merambat dan beranjak siang, terlihat di garis start persiapan sapi yang akan berlomba, terlihat sapi-sapi yang kuat dan kekar dan tidak terlihat sapi-sapi tersebut mengalami luka di bagian pantatnya, hanya bekas yang menghitam pertanda bekas luka yang telah sembuh, dan itu menunjukkan komitmen kuat peserta dalam mengikuti lomba karapan sapi 2013 tanpa kekerasan.
Ketika perlombaan karapan sapi akan dimulai, terlihat di tribun penonton semakin padat dan ramai menambah suasana lomba makin meriah meski panasnya sinar mentari sudah mulai menyengat kulit, tetapi tidak diindahkan oleh para penonton yang sangat antusias dengan lomba karapan sapi ini dimana penonton tidak ditarik bea masuk alias gratis menambah histeria penonton yang mulai dari anak-anak sampai orang dewasa terlihat senang dengan lomba karapan sapi ini.
Akhirnya perlombaan karapan sapi yang ditunggu-tunggu segera dimulai, semua mata penonton tertuju pada arena lomba melihat pasangan sapi yang saling beradu cepat dengan para joki yang tampil gagah dan cekatan dalam memacu kereta sapinya sambil memegang "pakopak" (pemukul sapi yang terbuat dari sebilah bambu dan dilengkapi dengan karet ban bekas) untuk dipukulkan di pantat sapi supaya sapi lebih kencang dalam berlari. Tidak ada benda tajam dalam alat pemukul sapi dan ini membuktikan bahwa peserta sangat komit dengan tujuan lomba yang tanpa kekerasan. Suasana sangat hiruk pikuk ketika pasangan sapi dilepaskan, terlihat otot-otot sapi yang kuat berlari memacu diri untuk menjadi yang terdepan. Peran joki sangatlah kuat dalam mengendalikan sapi untuk berlari lebih cepat, dan tampak juga sang joki yang masih berusia anak-anak sanggup memikul tanggungjawab yang begitu besar sebagai joki dengan segala resikonya. Sang anak begitu ahli dalam mengendalikan sapinya sampai garis finish dan beberapa kali juga menang dalam perlombaan tersebut.
Tak terasa babak demi babak telah berlalu, suasana hiruk pikuk lomba dan sorak sorai penonton masih menggema di arena lomba karapan sapi 2013 tanpa kekerasan. Seperti alunan musik alam yang terus berdentang kala sang jagoan berjuang dalam kultur dan hirarkis sosial yang tertempel di pundak sang penjaga budaya meski aransemennya seringkali berbeda tapi suara petarung dan kesenangan yang membuat budaya karapan sapi masih terpelihara sampai sekarang. Tak peduli capek, kesal, dan terluka, mereka tidak sungkan dalam mengorbankan itu semua demi satu tujuan yaitu kesenangan yang tinggi untuk membuat masyarakat menjerit, bersorak, histeris dan semua bercampur aduk dalam euforia lomba dan itu setimpal dengan perjuangan mereka di arena....
Matahari sudah melangkah di ufuk barat, dan mendung bergelayut manja di awan yang berarak pertanda akan diakhirinya lomba karapan sapi tanpa kekerasan, meski perlombaan belum sampai ke final dan akan dilanjutkan keesokan harinya, tetapi yang paling penting bahwa lomba karapan sapi tanpa kekerasan telah meninggalkan kesan yang mendalam dan memberikan pelajaran yang berharga kepada kita semua, bahwa tanpa kekerasan yang dilakukan kepada sapi, lomba karapan sapipun masih tetap meriah dan cenderung lebih kompetitif karena tidak ada sapi yang sakit atau lelah karena terluka yang pada akhirnya cedera dan tidak bisa melanjutkan pertandingan.
Makin kesana sapi yang mengalami kekerasan akan jetlag dan sulit untuk melangkahkan kakinya karena rasa sakit yang amat sangat pada bagian tubuhnya. Sapi yang terluka akan sulit menampilkan performance terbaiknya di partai puncak jika bisa melaju sampai akhir, dan hal itu membuat tontonan partai akhir jadi tidak menarik lagi dan hanya di awal babak saja yang terjadi ketegangan.
Pembelajaran yang sangat berharga yang bisa diambil dari kesuksesan penyelenggaraan karapan sapi 2013 tanpa kekerasan, dimana saat mulai sampai akhir performance sapi tidak mengalami penurunan karena tidak adanya kesakitan yang mendera si sapi, dan kita sebagai penonton menjadi sangat terhibur dan semua pihak yang terlibat di dalamnya merasakan budaya tingkat tinggi yang ditampilkan benar-benar penuh dengan budaya yang kental, jujur, penuh perjuangan, pengorbanan, persaudaraan, saling membantu dan menolong dan pada akhirnya budaya karapan sapi menemukan babak baru dalam perjalanannya yang panjang dan penuh intrik budaya dengan perlombaan yang penuh hakekat dan suguhan menarik akan arti budaya yang sebenarnya. Kita harus tetap jaga dan lestarikan budaya tinggi Karapan Sapi Tanpa Kekerasan seperti halnya pada lomba karapan sapi 2013. Sampai berjumpa di lain waktu dan kesempatan... Budayakan Anti Kekerasan pada Karapan Sapi seperti di Karapan Sapi 2013...
Dipersembahkan Oleh : cillasmartcorp ~ Guyonane Wong Ndablek
Sobat sedang membaca artikel tentang BUDAYAKAN ANTI KEKERASAN PADA KARAPAN SAPI SEPERTI DI KARAPAN SAPI 2013 dan sobat bisa menemukan artikel BUDAYAKAN ANTI KEKERASAN PADA KARAPAN SAPI SEPERTI DI KARAPAN SAPI 2013 ini dengan url http://guyonsmart.blogspot.com/2013/04/budayakan-anti-kekerasan-seperti-di.html, Sobat boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel BUDAYAKAN ANTI KEKERASAN PADA KARAPAN SAPI SEPERTI DI KARAPAN SAPI 2013 ini sangat bermanfaat bagi sobat semua, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya :
wah emang mau lari sapinya kalo ga dipukul pantat?
BalasHapusYa lari atu bro klo di depannya dikasih rumput yang berjalan hehehehe....thanks kunjungannya mas bro...
Hapussapinya di kasih makan roti aja jangan rumput
HapusHehehe... usul yang bagus dan pantas dipertimbangkan ...
Hapusmas kenapa sih mata sapi yang satunya lagi di tupup
BalasHapuskren gan
BalasHapus