Dalam hidup ini kita seringkali mendengar kata "IKHLAS". Biasanya, kita mengucapkan kata ikhlas tatkala segala upaya
yang telah kita lakukan namun hasilnya selalu nihil. Ikhlas baru terucap
tatkala kita telah menghadapi kegagalan untuk meraih sesuatu. Ketika kita telah
mengalami kegagalan dalam hidup ini, baik itu kebangkrutan usaha, dililit utang
besar atau berbagai jenis kegagalan lain, barulah kita mengatakan “yaaaaah
ikhlaskan saja apa yang telah terjadi”. Begitu pula ketika salah seorang
anggota keluarga yang kita amat cintai mengalami masa kritis (dalam keadaan
koma) setelah tim medis mengaku pasrah, kita lalu bilang “ikhlaskan saja kalau
memang ini jalannya harus pergi”. Dari contoh-contoh diatas jelas kita lihat
bahwa, kata ikhlas terucap pada detik-detik terakhir dari sebuah peristiwa
adalah musibah. Kalau demikian halnya, berarti kata ikhlas tiada lain ibarat
kata-kata terakhir yang selalu terucap dari kita. Itu artinya, kita tidak
merasa perlu mengucapkannya pada awal kegiatan, peristiwa atau apapun namanya.
Lalu muncul pertanyaan besar, apa perlunya mengucapkan kata ikhlas di awal ?
Apakah ikhlas itu baru sebatas di bibir atau sudah keluar dari hati ?
Pelopor Industri Kesadaran Indonesia, Erbe Sentanu dalam banyak
kesempatan mengatakan, kebiasaan mengatakan dan merasa
ikhlas setelah detik-detik terakhir adalah sebuah kebiasaan yang kurang tepat.
Kata dia, kita mesti mulai membiasakan diri meng-ikhlas-kan apa yang akan kita
lakukan, kerjakan, miliki, sejak awal. Ia lalu memberi contoh tatkala kita
mengepalkan tangan kita yang artinya ‘ini punyaku’, ‘ini hakku’, kita siap
merebut, meraih apa yang kita inginkan. Kepalan tangan yang kuat itu menandakan
kita akan berusaha mempertahankan apa yang telah kita raih dengan sekuat
tenaga. Lalu, Erbe Sentanu coba mengajak kita membuka tangan yang tadinya
mengepal itu. Artinya, pada saat yang sama kita mesti siap ‘melepaskan’ apa saja
yang telah kita raih dengan ikhlas. Contoh ilustrasi penerapan ikhlas dengan
mengepalkan dan membuka telapak tangan itu sebuah contoh yang sangat sederhana.
Namun sebagian besar dari kita belum menerapkannnya.
Yang lebih dalam, Erbe
Sentanu atau yang akrab dipanggil Mas Nunu mengajak kita untuk belajar ikhlas
dari hati. “Orang yang hanya berkata ikhlas, itu belumlah ikhlas” katanya.
Pikiran dan bibir berucap tanpa keluar dari bahasa hati sama artinya belum
ikhlas. Ikhlas itu baru disebut ikhlas apabila sudah keluar dari hati yang
paling dalam. Ikhlas itu mesti keluar dari rasa (jantung hati) bukan dari
pikiran yang terucap melalui bibir. Rasa ikhlas ini penting dirasakan setiap
jika kita ingin menjadikan hidup ini lebih bahagia dalam arti sesungguhnya (bukan
sekadar kebahagiaan duniawi). Ikhlas apalagi diimbangi rasa bersyukur akan
membuat hidup kita lebih bermakna, bukan hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi
orang lain. Untuk membuat hidup lebih bermakna, maka sudah saatnya kita selalu
ikhlas dan bersyukur termasuk dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan
sekali pun. Ini memang sulit. Tapi tatkala kita telah membiasakan hal itu, maka
anda dan kita semua akan lebih memahami makna sesungguhnya dari hidup ini. Mari
kita coba!
Dipersembahkan Oleh : cillasmartcorp ~ Guyonane Wong Ndablek
Sobat sedang membaca artikel tentang IKHLAS..!!! dan sobat bisa menemukan artikel IKHLAS..!!! ini dengan url http://guyonsmart.blogspot.com/2012/02/ikhlas.html, Sobat boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel IKHLAS..!!! ini sangat bermanfaat bagi sobat semua, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya :
0 komentar:
Posting Komentar
Harap komentar tidak mengandung pornografi, atau kata-kata yang bersifat melecehkan, menghina, dan menyudutkan partai tertentu... eh salah...hehehe..Berikan komentar terbaikmu supaya anda bisa langsung masuk surga... oke coi... wkwkwkwwk