Kata "MAAF" mungkin sudah sering kita dengar, tetapi terkadang kita sulit untuk melakukan baik meminta maaf maupun menerima permintaan maaf. Mearasa tidak bersalah dan merasa benar seringkali menghinggapi kita sehingga sulit melakukannya. Terkadang kita terpaksa melakukannya dengan rasa tidak tulus ikhlas.... Mungkin itulah gambaran hidup yang masih sering kita lakukan seperti postingan saya berikut ini :
Waktu beranjak malam, mungkin sudah pukul 12.00 WIB tengah malam, saat aku duduk merebahkan diri di sofa di ruang tengah rumahku. Tentu saja istri dan putriku sudah
tertidur lelap. Tapi kenapa pintu kamar putriku masih terbuka ?
Aku tertegun sejenak saat berdiri di depan pintu kamar putriku. Putriku tertidur di meja belajarnya, ditangan kanannya masih memegang sebuah pensil dan sepertinya dia baru saja menulis sesuatu di buku tulisnya dan ada segelas kopi susu coklat deket buku tulisnya.
"Tumben putriku minum kopi susu coklat,"pikirku. Kuangkat dia ketempat tidurnya.
Kubereskan meja belajarnya yang berantakan, namun sebelum aku menutup buku tulisnya aku ingin melihat apa yang ditulis oleh putriku. Aku tertegun sejenak saat membaca tulisan2nya, ternyata semuanya cerita tentang diriku. Sampai akhirnya aku membaca 3 lembaran terakhir yang sangat menyentuh hatiku.
Aku tertegun sejenak saat berdiri di depan pintu kamar putriku. Putriku tertidur di meja belajarnya, ditangan kanannya masih memegang sebuah pensil dan sepertinya dia baru saja menulis sesuatu di buku tulisnya dan ada segelas kopi susu coklat deket buku tulisnya.
"Tumben putriku minum kopi susu coklat,"pikirku. Kuangkat dia ketempat tidurnya.
Kubereskan meja belajarnya yang berantakan, namun sebelum aku menutup buku tulisnya aku ingin melihat apa yang ditulis oleh putriku. Aku tertegun sejenak saat membaca tulisan2nya, ternyata semuanya cerita tentang diriku. Sampai akhirnya aku membaca 3 lembaran terakhir yang sangat menyentuh hatiku.
Di lembaran pertama dia menulis :
"Hari ini papa tidak jadi menemaniku ke toko buku, mungkin papa tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Aku mengerti dengan kesibukanmu papa."Aku jadi ingat beberapa minggu yang lalu putriku mengajakku ke toko buku, aku ingat sekali gaya bicaranya yang polos. "Papa nanti sore ada kegiatan nggak sih,"sapa anakku saat aku akan pergi kerja.
"Hari ini papa tidak jadi menemaniku ke toko buku, mungkin papa tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Aku mengerti dengan kesibukanmu papa."Aku jadi ingat beberapa minggu yang lalu putriku mengajakku ke toko buku, aku ingat sekali gaya bicaranya yang polos. "Papa nanti sore ada kegiatan nggak sih,"sapa anakku saat aku akan pergi kerja.
"Ada
apa sayang," jawabku.
"Papa mau nggak menemani aku ke toko buku ?" "Kalau papa nggak sibuk nanti sore akan papa
usahakan menemani kamu yach sayang."
"Terima kasih, Papa," ucap putriku dengan wajah yang sangat gembira sambil mencium pipiku. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang lucu dan sangat menggemaskan.
Di lembaran kedua dia menulis :
"Terima kasih, Papa," ucap putriku dengan wajah yang sangat gembira sambil mencium pipiku. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang lucu dan sangat menggemaskan.
Di lembaran kedua dia menulis :
"Hari ini Papa
tidak jadi lagi menemaniku ke toko CD kaset, padahal aku ingin sekali mendengar
lagunya Sulis dan memutarnya di kamarku saat aku sedang sendiri agar aku tidak
merasa sunyi. Sebenarnya aku mau ngajak mama tapi aku ingin sekali ditemani oleh Papa. Tapi lagi2 papa sibuk".
Dan aku ingat lagi kalau putriku memang pernah mengajakku menemaninya membelikan CD kaset. Kalau dia ingin mengajakku dia selalu bicara seperti ini,"Papa nanti sore sibuk nggak atau Papa nanti sore ada kegiatan?"
Bahasa yang sangat sopan sekali menurutku sehingga aku tidak bisa untuk mengatakan tidak walaupun terkadang aku tidak bisa memenuhi keinginannya.
Di lembaran terakhir dia menulis :
Dan aku ingat lagi kalau putriku memang pernah mengajakku menemaninya membelikan CD kaset. Kalau dia ingin mengajakku dia selalu bicara seperti ini,"Papa nanti sore sibuk nggak atau Papa nanti sore ada kegiatan?"
Bahasa yang sangat sopan sekali menurutku sehingga aku tidak bisa untuk mengatakan tidak walaupun terkadang aku tidak bisa memenuhi keinginannya.
Di lembaran terakhir dia menulis :
"Hari ini dan
untuk kesekian kalinya Papa tidak bisa menemaniku. Tadi aku mengajak papa ke
pasar malam di kebonagung Pasuruan, padahal hari ini kan
hari terakhir ada pasar malam di Kebonagung dan aku udah janji sama Pak Somad
kalau aku akan membeli boneka yang ditawarkan tadi sore saat Pak Somad lewat
depan rumahku, aku katakan pada Pak Somad kalau aku akan pergi bersama ayah ke
pasar malam dan aku akan membeli boneka Pak Somad. Karena papa masih belum
pulang pasti Pak Somad sudah menjualnya. Pak Somad maafkan aku yah....
Besok pagi akan aku tunggu di depan rumah dan mau meminta maaf pada Pak Somad kalau aku tidak bisa pergi ke pasar malam kemarin malam. Kali ini aku yang akan duluan meminta maaf, biasanya kan pak Somad selalu minta maaf kalau sudah melihatku di depan rumah menanti majalah yang kupesan. Dia selalu bilang,"Maaf yah neng pak Somad terlambat". Padahal menurutku pak Somad nggak terlambat hanya aku yang terlalu cepat menunggunya. Begitu melihatku sudah menunggu dia mengayuh sepedanya lebih cepat lagi. Saat kutanya kenapa sih pak Somad selalu minta maaf padahal pak Somad kan nggak punya salah pada aku.
"Iya neng pak Somad tidak ingin mengecewakan neng kemaren kan sudah bilang kalau pak Somad nganterin pesanan neng pagi2 sebelum neng pergi kesekolah. Coba kalau pak Somad datangnya kesiangan pasti neng kecewa, pak Somad nggak ingin neng, ngecewakan orang karena kekecewaan itu akan menimbulkan luka di hati. Dan susah neng untuk menyembuhkannya kecuali kita minta maaf dengan tulus pada orang yang telah kita kecewakan".
Aku jadi ingat sama Papa, papa tidak pernah mengucapkan maaf padaku, atau mungkin karena papa menganggapku masih anak kecil atau ah, aku tidak mau berprasangka buruk terhadap papa. Walaupun sebenarnya aku sangat kecewa dengan papa tapi aku tidak ingin menyimpan kekecewaan itu didalam hati. Bahkan hatiku selalu terbuka untuk kata maaf dari papa.
Aku menangis haru membaca tulisan putriku, kudekati putriku di pembaringannya sambil kupandangi wajahnya yang polos, anakku sayang maafkan papa ya, ternyata kau berhati emas. Aku memang tidak pernah minta maaf pada putriku atas janji2 yang tidak pernah kutepati padanya. Dan aku selalu menganggapnya dia sudah melupakannya begitu melihatnya dipagi hari wajahnya begitu cerah dan selalu tersenyum. Dan ternyata dia masih mengingatnya dalam tulisan2nya.
Ah, entah sudah berapa banyak goresan rasa kecewa yang ada dihatimu andai kau tidak memaafkan papa. Putriku, papa akan menunggumu sampai terbangun untuk meminta maafmu.
Besok pagi akan aku tunggu di depan rumah dan mau meminta maaf pada Pak Somad kalau aku tidak bisa pergi ke pasar malam kemarin malam. Kali ini aku yang akan duluan meminta maaf, biasanya kan pak Somad selalu minta maaf kalau sudah melihatku di depan rumah menanti majalah yang kupesan. Dia selalu bilang,"Maaf yah neng pak Somad terlambat". Padahal menurutku pak Somad nggak terlambat hanya aku yang terlalu cepat menunggunya. Begitu melihatku sudah menunggu dia mengayuh sepedanya lebih cepat lagi. Saat kutanya kenapa sih pak Somad selalu minta maaf padahal pak Somad kan nggak punya salah pada aku.
"Iya neng pak Somad tidak ingin mengecewakan neng kemaren kan sudah bilang kalau pak Somad nganterin pesanan neng pagi2 sebelum neng pergi kesekolah. Coba kalau pak Somad datangnya kesiangan pasti neng kecewa, pak Somad nggak ingin neng, ngecewakan orang karena kekecewaan itu akan menimbulkan luka di hati. Dan susah neng untuk menyembuhkannya kecuali kita minta maaf dengan tulus pada orang yang telah kita kecewakan".
Aku jadi ingat sama Papa, papa tidak pernah mengucapkan maaf padaku, atau mungkin karena papa menganggapku masih anak kecil atau ah, aku tidak mau berprasangka buruk terhadap papa. Walaupun sebenarnya aku sangat kecewa dengan papa tapi aku tidak ingin menyimpan kekecewaan itu didalam hati. Bahkan hatiku selalu terbuka untuk kata maaf dari papa.
Aku menangis haru membaca tulisan putriku, kudekati putriku di pembaringannya sambil kupandangi wajahnya yang polos, anakku sayang maafkan papa ya, ternyata kau berhati emas. Aku memang tidak pernah minta maaf pada putriku atas janji2 yang tidak pernah kutepati padanya. Dan aku selalu menganggapnya dia sudah melupakannya begitu melihatnya dipagi hari wajahnya begitu cerah dan selalu tersenyum. Dan ternyata dia masih mengingatnya dalam tulisan2nya.
Ah, entah sudah berapa banyak goresan rasa kecewa yang ada dihatimu andai kau tidak memaafkan papa. Putriku, papa akan menunggumu sampai terbangun untuk meminta maafmu.
LUCKY LINK :
Increase Website Traffic OneWaySEOLink 20%EarningLife Alexa Site Audit!
WHORUSH WAZZUB SHOEMONEY expo-MAX LINKCENTRE 1000 BACKLINK ARTICLE RANK Sepeda Motor Injeksi Irit Harga Terbaik Cuma Honda FREE Website Promotion Service! Search Engine Optimization and Submission Services! yourcreativecrew DONKEY MAIL Webmaster Earn Money Here
Increase Website Traffic OneWaySEOLink 20%EarningLife Alexa Site Audit!
Dipersembahkan Oleh : cillasmartcorp ~ Guyonane Wong Ndablek
Sobat sedang membaca artikel tentang MAAF ..?? dan sobat bisa menemukan artikel MAAF ..?? ini dengan url http://guyonsmart.blogspot.com/2012/05/maaf.html, Sobat boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel MAAF ..?? ini sangat bermanfaat bagi sobat semua, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya :
asli sy sebagai ayah juga merasakan hal yang sama, sedih klo tidak bisa memenuhi janji sama anak, sebaiknya kita minta maaf dan jelaskan bagaimana alasannya. usahakan memang sellau tepat janji.
BalasHapus